Skip to main content

25. What a life.





I'm 25. And will have two children. What a life.


Iya nih. 7 Desember lalu aku mencapai umur 25 tahun. Kalau kata seorang teman kerja, Umur 25 adalah a quarter of century in age. Sudah seperempat perjalanan dalam hidup. Umur 25 sudah saatnya untuk berpikir dewasa, start mikirin kehidupan mau ke arah yang mana. Dan katanya being 25 years old means no more kid stuff! Nah loh, udah ga boleh alay. Ga boleh lala lele, leye leye, lalala yeyeye.. dan seterusnya. Namun sebenernya hal itu tidak terjadi padaku.

Mengapa?
Di umur sebelum sampai ke seperempat abad ini, aku sudah harus mengurus kehidupanku, keluarga kecilku dan sudah harus menghadapi problem - problem yang seharusnya bukan kutemui di usiaku.
Tidak siap? Tentu kata itu pernah kutemui. Aku belum siap. Aku masih ingin bersosialisasi alias nongkrong sampai pagi bersama teman - teman. Masih pengen nyobain yang namanya hura - hura  mabuk, nonton konser semau aku tanpa ada ganjalan. Masih pengen santai memanjakan diri sendiri, ke luar negeri dan tentunya hanya belanja untuk diri sendiri. Nikmatin waktu sebelum sampai ke umur yang harus mikir.
Tapi lagi sekali aku tidak bisa.

Menyesal?
Apa aku harus menyesal?
Sepertinya aku bodoh sekali harus mengatakan menyesal. Aku malah bersyukur.
Bersyukur aku diberi kesempatan menjalani kehidupan seperti ini.
Bersyukur aku diberi pekerjaan yang menyita hampir seluruh waktu, pikiran dan jiwa. Dengan tujuan, aku bisa sangat siap dan memiliki mental yang lebih keras.
Bersyukur aku sudah menikah.
Dengan tujuan, aku ternyata bisa menjadi istri yang terus belajar dan berdedikasi untuk suami.
Bersyukur aku punya suami seperti Yogi.
Dengan tujuan yang sangat banyak. Aku sangat bersyukur memiliki dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan ternyata dengan dia aku bener - bener bisa menikmati kehidupan yang aku inginkan. Hura - hura, mabuk, nonton konser semaunya ya tentu saja aku lakukan bersama dia dan rasanya lebih sah serta menyenangkan. 
Bersyukur aku punya anak.
Malah bangga punya anak seperti Giri. Melihat Ia telah tumbuh seperti ini, dari mulai bayi berwarna ungu yang kukeluarkan setelah kontraksi, sehat, ceria sayang sama orang tua dan keluarga besarnya, aku tidak bisa minta hidup yang lebih sempurna dari ini.
Bersyukur bisa tinggal bersama keluarga suami.
Dengan tujuan bisa beradaptasi dengan orang banyak dan bisa belajar saling mengerti.
Bersyukur Mama, papa, Krishna, Ninok, Kak Odah sehat.
Bersyukur punya teman, sahabat, kenalan.

Dan terakhir, bersyukur di usia 25 aku hamil lagi dan akan melahirkan di bulan Mei. Semoga semuanya lancar jaya. Lahirnya sempurna, sehat, apa lagi yang bisa aku minta.

Terima Kasih atas hidup yang Kau beri Tuhan.

xoxo

Ririen

*jadi inget lagu Agnes. Aku muda, aku bisa. hehehehe...

Comments

  1. boong rien.. umur 25 tuh udah ga bisa jalan-jalan bersama teman-teman dengan bebas lagi....selain karena udah pada sibuk kerja, sebagian lagi sibuk berkeluarga...

    ReplyDelete
  2. 25 tahun ituu.... TTTUUUUUUUAAAAAAAAAA...... hahahahaha

    ReplyDelete
  3. gung ws: Hahahahha... iyah bener... kamu juga kan? hihihi

    indra gede: EH yang penting jiwanya doong.. Tua juga. Wakakaka

    ReplyDelete

Post a Comment

Diisi komen ya :)

Popular posts from this blog

Hamil lagi. Trus?

Ini nih kalo ngga punya koneksi internet di rumah, jadi blog pun ngadat tak ter update . Baiklah saya akan menceritakan beberapa hal - hal update yang terjadi pada diri saya.  1. Saya hamil lagi Wakwaw, setelah rahim ini vakum untuk waktu 2,5 tahun, akhirnya dia mulai berproduksi lagi. Hahahaha... Di suatu pagi sekitar pukul 4 dini hari, saya mendapati diri saya yang ternyata hamil. Berbekal test pack yang dibeli pada malam sebelumnya di apotik yang hampir tutup, dan kebangun jam 4 pagi, saya pun mencoba ngetes dan ternyata memang beneran hamil. Pasti banyak yang mengira ini kecelakaan atau tidak direncanakan. Sebenarnya saya dan suami memang sudah merencanakannya, jika tidak akhir tahun 2012, ya di tahun 2013. Namun ternyata dikasihnya lebih awal, dan ternyata agak cukup tidak tepat waktu. Saya hamil di saat kami sekeluarga sedang ketar - ketir karena bapak mertua saya masuk Rumah Sakit sudah selama 2 minggu. Pada saat mertua masuk RS ini banyak sekali tantangan yang kami hadap

Memories of Bandung

Woohooo!!! Tiba -   tiba teringat sama perjalanan waktu ke Bandung 4 tahun yang lalu, tepatnya di bulan September 2007. Ngga tahu kenapa bisa inget, mungkin karena beberapa hari yang lalu suamiku bercerita tentang rencana trip temen2nya ke Bandung suatu hari nanti. Dan aku pun jadi keinget studi tour ku ke Bandung bareng anak – anak DKV #PANSERD. Salah satu perjalanan panjang ke luar kota yg sangat menyenangkan, lucu, aneh dan ngga akan terlupakan. Timelinenya kalau ngga salah seperti ini. 6 September 2007 Pagi – pagi buta kita rombongan ludruk uda siap berangkat naik bus ke Bandung. Bus yg dipake ada 2, dan aku berencana buat gabung sama gengku #9jadiwarna di bus 1 yg kita rasa orang2nya kalem. Eh ternyata sampe di bus 1, aku sama pasangan dudukku yang aduhay, Rani, ngga dpt kursi di sebelah temen2ku. Kita dptnya di paling belakang. Udah gitu di depan kita orangnya gendut2, jd kursinya munduuuurrr bgt! Alhasil kita kegencet ;( Kalo misalnya sampe Bandung kita harus

Ber-sahabat.

Berteman dan bersahabat. Dua kata yang sudah pasti menjadi kesenangan orang – orang. Siapa sih yang ngga suka berkenalan, kemudian jadi teman dan akhirnya jadi sahabat. Sohib, sahabat karib. Awalnya hanya dengan kata – kata,” Hai namaku ‘A’” sampai diikuti dengan embel – embel, “ mari berkawan…”. Tidak hanya di dunia nyata, tapi juga di jejaring sosial. Siapa sih yang ngga suka nambah followers, nambah friend dan saling komen – komenan di status/foto. Berteman dan bersahabat. Tentunya aku sendiri adalah orang yang sangat suka dengan kedua aktivitas itu. Bersosialisasi adalah caraku menentukan jati diriku. Belajar bertegur sapa, sopan santun, sampai cara memperlakukan orang lain. Dan tentunya kesenangan ini berubah menjadi kebutuhan. Aku perlu teman. Yang nantinya menjadi sahabat. Aku tipikal orang yang suka mendengarkan cerita. Dan dari teman – temanku aku mendapat banyak pengalaman yang menakjubkan. Aku punya banyak teman dan sahabat. Tentu saja. Bahka